Minggu, 31 Agustus 2008

Wawancara Khusus dengan Bupati Tebo H Madjid Muaz (Dikutip dari Harian Pagi Jambi Ekspres Edisi 10 Maret 2008)

" Kami Sudah Berada Digaris Hijau "
Sebagai salah satu dari empat kabupaten pemekaran di Provinsi Jambi, Kabupaten Tebo terus menggeliat dan menata diri. Dibawah sentuhan tangan dingin Bupati Madjid Muaz, dengan konsep lima pilar pembangunannya, Tebo kini mulai menyejajarkan diri dengan kabupaten-kabupaten lain, bahkan dalam beberapa sektor melaju lebih pesat. Berikut petikan wawancara dengan Bupati Madjid Muaz saat berkunjung ke Graha Pena Jambi Ekspres, kemarin

Pada tahun 2011 Anda menargetkan pengurangan ketergantungan Tebo terhadap anggaran dari pusat. Bagaimana caranya ?

Kalau semua investor yang masuk lancar dalam membangun bidang perkebunan maupun pertambangan, yang menjadi andalan potensial kabupaten kami, saya optimis pada 2011 nanti ketergantungan Tebo ke pusat tinggal 50 persen saja. Kalau sekarang ini kan 82 persen. Tapi, yang paling penting target saya sebenarnya adalah swasembada pangan. Kalau sudah swasembada pangan, daerah kita diharapkan tidak tergantung lagi, terutama beras, pada daerah lain. Dan mudah-mudahan itu bisa terwujud 2011 nanti.

Lantas, apa langkah konkrit yang sudah anda laksanakan untuk mencapai sasaran itu?

Tentu saja banyak. Selain infrastruktur jalan dan jembatan, sekarang misalnya sedang dibangun Dam Semabu. Malah Dam Pagar Puding yang sudah dibangun bapak Gubernur dengan dana provinsi, sudah dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. Sekarang masyarakat di Pagar Puding sudah bisa dua kali bercocok tanam dalam satu tahun.

Banyak sekali program pembangunan yang dicanangkan di kabupaten Tebo contohnya program pendidikan dan desa siaga. Memasuki tiga tahun periode kedua kepemimpinan Anda sudah sejauh mana perkembangannya ?

Kita punya konsep lima pilar pembangunan yang telah kita canangkan. Yakni bidang ekonomi kerakyatan, pendidikan, kesehatan, agama, dan supremasi hukum. Di bidang pendidikan, alhamdulillah kita di Tebo setiap kecamatan sudah punya SLTA, minimal satu kecamatan punya dua SLTP. Jadi sekarang ini kita punya 38 SLTP dari 12 kecamatan, 15 SLTA , 2 SMK dan 1 SMK swasta. Tinggal hanya satu kecamatan saja yang minta dibangunkan SLTP dan satu kecamatan yang minta dibangunkan SLTA. Artinya, untuk infrastruktur dasar pendidikan sudah cukup memadai. Ke depan tinggal bagaimana meningkatkan mutu pendidikan, bagaimana meningkatkan mutu guru, kemudian sarana prasarana seperti labor, perpustakaan dan lainnya. Dengan adanya sertifikasi guru, kita harapkan pada akhir 2011 nanti semuanya (guru) sudah S1. Jadi tidak ada lagi guru yang tingkat SLTA. Alhamdullah hasilnya cukup kelihatan, pada UN tahun 2007 kemarin, tingkat SLTA kita paling tinggi.

Bagaimana dengan desa siaga?

Untuk desa siaga ini kita sudah resmikan semuanya , satu desa sudah tersedia fasilitas untuk masyarakat, mereka sudah menyiapkan beberapa buah kendaraan, kalau ada warga yang sakit mendadak atau mau melahirkan mendadak tinggal digunakan dan tidak perlu membayar lagi.

Selain itu kami disetiap kecamatan sudah punya puskesmas dan tujuh diantara 12 puskesmas itu sudah memiliki ruang rawat inap. Kemudian juga kami sudah punya lima dokter spesialis. Alhamdulilah dokter spesialis kami ini sudah dapat melakukan bedah cesar yang lebih dari 200 kali dan semuanya selamat. Kemudian juga sudah dilakukan operasi mata katarak untuk masyarakat tidak mampu, serta operasi bibir sumbing.

Kita akan bangun puskesmas ke 13 didesa Teluk Lancang kecamatan Tujuh Koto, ini dekat perbatasan dengan Sumbar, kita harapkan masyarakat sumbar bisa berobat ke puskesmas Teluk Lancang, selama ini didaerah batas selalu kita ketinggalan. Keinginan saya nanti, kalau masyarakat teluk lancang membutuhkan, nanti akan kita bangunkan SMA, supaya orang Sumbar bisa sekolah ke kita.

Apa ada rencana untuk menerapkan pendidikan gratis ?

Sebenarnya pendidikan gratis sudah lama kita lakukan, itukan dengan sistem dana BOS itu. Mungkin nanti saya masih mempelajari bagaimana di desa-desa yang kita anggap masih tertinggal pendidikannya, minat belajar anak-anak rendah, orang tua tidak terlalu mendorong, kita akan memprogramkan itu. Makanya saya katakan kedepan kita tinggal lagi bagaimana meningkatkan mutu bukan lagi soal infrastruktur.

Tapi nanti dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional 2 Mei 2008, kita akan canangkan wajib belajar 12 tahun di Tebo. Kita harapkan tidak ada lagi masyarakat Tebo lima sampai enam tahun kedepan yang tidak tamat SLTA, paling tidak D3 atau mungkin S1.

Berapa persen anggaran pendidikan dalam APBD Tebo ?

Kalau kita nomor dua setelah anggaran infrastruktur PU (pekerjaan umum), kita sudah lebih dari 20 persen, bahkan untuk wajib belajar 12 tahun kita sudah cadangkan dana tahun ini Rp 1,8 miliar. Pendidikan masuk salah satu pilar utama. Sekarang kita juga sedang bangun perguruan tinggi tiga lokal bekerjasama dengan Unja, kita kebagian fakultas kehutanan, 2009 nanti mungkin sudah mulai menerima mahasiswa.

Dengan berbagai keberhasilan program pembangunan, apakah kabupaten Tebo sudah bisa dikatakan aman dari ancaman PP no 6 tahun 2008 (penggabungan daerah) ?

Kita usahakan, makanya saya sekarang ini sebanyak mungkin mengundang tamu-tamu dari pusat, kemarin dari DPR RI, kemudian datang lagi dari DPD RI nanti tanggal 17 Maret akan datang MPR RI, tanggal 20 Maret dokter spesialis jantung koroner rumah sakit Harapan Kita Jakarta. Ini supaya orang pusat yang melihat sendiri, jangan kita yang melapor, lihat fakta, kemarin waktu Musrenbang kita datangkan dari Bappenas dan Depdagri, kebetulan yang dari Depdagri itu memang tugasnya menilai itu, dia sendiri sudah bilang dengan ketua Bappeda bahwa sepintas Tebo tidak termasuk daerah yang akan di merger.

Kita harapkan bukan merger, tapi lima enam tahun kedepan Tebo ini jadi dua kabupaten, dipecah lagi. PAD kita sekarang ini sekitar Rp 20 miliar, sementara anggaran kita sekarang sekitar Rp 400 miliar, kalau pada 2011 nanti ketergantungan ke pusat ingin dikurangi menjadi 50 persen paling tidak, PAD harus lebih dari 100 miliar. Dengan catatan itu tadi perkebunan sudah menghasilkan, pertambangan sudah menghasilkan.

Apakah kabupaten Tebo bisa disebut sudah lebih unggul dibanding kabupaten pemekaran lainnya di provinsi Jambi ?

Yang jelas kami tidak terkena garis merah, kami sudah berada di garis hijau. Itu berdasarkan data dari Kementrian Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Saya sempat mencoba memasukkan 24 desa yang kita anggap masih tertinggal, tapi ditolak karena Tebo dianggap tidak termasuk daerah tertinggal.

Apa obsesi Anda kedepan dan apa yang memotivasi Anda untuk membangun Tebo?

Sebenarnya dalam membangun Tebo ini saya termotivasi karena saya banyak turun ke lapangan, tiada hari tanpa turun ke desa kecuali kalau surat sudah menumpuk. Kalau surat kosong bel dinas-dinas yang terkait, kita akan lihat desa-desa apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Jadi kita dengar langsung dari mereka, itu yang kita rekam.

Kesimpulannya, apa sebenarnya yang paling diinginkan masyarakat?

Secara garis besar yang diinginkan masyarakat itu hanya dua, jalan dan listrik. Sebenarnya listrik inikan diluar program pemkab, tapi setiap tahun kita alokasikan. 2007 kemarin sekitar 12 miliar kita bantu untuk pembangunan jaringan listrik, kemarin saya sudah bicarakan dengan kepala PLN, dua kecamatan belum teraliri listrik, yakni Serai Serumpun dan Muaro Tabir. Jadi Serai Serumpun bisa ditarik dari Tebo Ulu sedangkan Muaro Tabir bisa ditarik dari Kuamang Kuning atau dari Merangin, dan ini sedang dilakukan survey. Kalau sudah positif nanti kita akan tangani. Listrik ini sudah menjadi kebutuhan pokok disamping sekolah-sekolah.

Bagaimana dengan akses jalan? Bukan kah sebagai kabupaten pemekaran, Tebo juga sangat minim akan infrastruktur ini?

Tentu saja juga menjadi prioritas kita untuk membuka akses jalan, termasuk peningkatan sektor perkebunan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pemkab Tebo dalam hal ini telah membangun 2 unit Jembatan kapasitas besar yakni Jembatan Tebo I berlokasi di Desa Penampuian Kecamatan Tebo Tengah dan Jembatan Tebo II di Kecamatan Tebo Ulu.

Jembatan Tebo I yang diresmikan Gubernur Jambi pada maret 2007 lalu, kini sudah dimanfaatkan warga masyarakat dan membuka akses jalan 10 desa yang ada di seberang. Selain itu jembatan Tebo I tersebut kedepan akan dijadikan jalan lintas kabupaten yang menghubungkan Km 12 depan komplek perkantoran menuju desa Betung Bedarah, kecamatan Tebo Ulu. Jadi nantinya mobil-mobil yang melewati akses jalan lintas Tebo-Bungo tersebut kedepan akan dialihkan ke jalan lingkar barat menuju jembatan Tebo I tembus ke desa Betung Bedarah, Kecamatan Tebo Ilir, sedangkan jalan menuju kota Muara Tebo tidak boleh dilalui mobil-mobil truk dan bus umum, dan akan dijadikan pusat pengembangan Kota Muara Tebo. Untuk jalan lingkar barat tersebut dari jembatan Tebo I menuju Km 12 saat ini sedang tahap penimbunan dan pengerasan, sedangkan jalan tembus dari jembatan Tebo I menuju Betung Bedarah sedang dikerjakan pembukaannya bekerjasama dengan TNI dalam kegiatan TNI Manunggal.

Bagaimana dengan jembatan Tebo II?

Sedangkan jembatan Tebo II kini masih dalam tahap pembangunan sejak tahun 2007 lalu. Total anggarannya mencapai Rp 49,9 M diserap dari APBD dan dibayarkan kepada kontraktor 3 tahun anggaran. Panjang jembatan tersebut mencapai 220 meter dengan rangka baja Indonesia. Secara geografis jembatan Tebo II ini akan menghubungkan Kecamatan Tebo Ulu dengan Kecamatan Serai Serumpun dan Kecamatan Sumay. Selain itu juga akan membuka akses ke beberapa desa yang selama ini sulit dijangkau padahal Kecamatan Sumay dan Serai Serumpun wilayahnya hanya dibatasi Sungai Batanghari. Dan yang paling utama nantinya juga akan membuka akses jalan menuju daerah Riau.

Manfaat lainnya?

Jembatan Tebo II akan memberi manfaat yang sangat besar bagi masyarakat dan sangat berarti bagi perkembangan kemajuan Kabupaten Tebo di masa yang akan datang. Keberadaan jembatan ini juga saling mendukung dengan pembukaan jalan di daerah seberang Sungai Batanghari. Jalan yang itu akan membuka akses kabupaten Tebo ke Provinsi Riau yang tentunya akan membuat posisi Tebo semakin strategis. Dengan terbukanya akses ke daerah lain, mobilisasi masyarakat akan meningkat dan akan mempercepat kemajuan Tebo.

Apa kendala dalam melaksanakan pembangunan ?

Selama lebih kurang 9 tahun, baik dalam membangun jalan ataupun listrik maupun pipa ledeng, masyarakat tidak pernah bertingkah, bahkan dari km 12 hingga ke jalan 21 desa perintis Rimbo Bujang, karet masyarakat mereka yang menumbangkan sendiri, bukan kita lagi. Masyarakat pola pikirnya sudah berkembang. (sukron amin/toni evaidi)

Tidak ada komentar: